Selasa, 15 Januari 2013

OBJEK WISATA DI TORAJA UTARA, DAERAH YANG MENAKJUBKAN DI INDONESIA TOURIST DESTINATIONS IN NORTH TORAJA, SOUTH SULAWESI



1.      KE’TE KESU’
 
    Ke’te Kesu’ adalah objek wisata yang sudah popular diantara turis domestik hingga mancanegara sejak tahun 1979. Terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari kota Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya dengan nomor registrasi 290 yang perlu dilestarikan dan dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari jejeran rumah tongkonan lengkap dengan alang sura’ ( lumbung padi ukir ), fungsi Tongkonan tersebut tak lain sebagai tempat bagi masyarakat sekitar daerah tersebut maupun dari jauh  datang bermusyawarah, mengelolah, menetapkan dan melaksanakan aturan-aturan adat, baik aluk maupun pemali.yang digunakan sebagai aturan hidup dan bermasyarakat di daerah kesu’ dan juga seluruh daerah Toraja.
 Selain dari itu, di Ke’te juga dapat dijumpai kuburan asli peninggalan leluhur seperti kuburan gua dan kuburan gantung, museum, pembuatan peti, seni ukir,  souvenir khas daerah Toraja dan pemandagan sawah yang sangat memukau. Tak lepas dari itu di Ke’te sering dilaksanakan acara ritual rambu solo dan rambu tuka yang merupakan cirri khas karakteristik budaya Toraja.


2.     BATUTUMONGA
      Berlokasi di daerah Sesean yang berikilim dingin, sekitar 1300 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini terdapat kurang lebih 56 menhir batu dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon kayu ditengahnya. Kebanyakan dari batu menhir itu berukuran 2 sampai 3 meter tingginya. Dari batutumonga kita dapat melihat pemandangan indah kota Rantepao dari atas  serta rentetan petakan sawah yang sangat memukau dan menarik untuk dikunjungi.

3.     BORI
     Objek wisata utama adalah Rante ( tempat upacara pemakaman secara adat yang -dilengkapi dengan buah menhir/megalit), dalam bahasa Toraja disebut simbuang batu. Seratus dua batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 ukuran sedang, 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah situasi dan kondisi pada saat pembuatan /pengambilan batu, misalnya masalah waktu, kemampuan biaya dan situasi pada masa kemasyarakatan. Megalit / simbuang batu hanya diadakan bila seorang pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya dilaksanakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan ( kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor ). Pada tahun 1657 Rante kalimbuang mulai digunakan  pada upacara pemakaman  Ne’ Ramba’ dimana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua siombuang batu.
Selanjutnya pada tahun 1807 pada acara pemakaman Tonapa Ne’Padda’ didirikan 5 buah simbuang batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne’ Lunde yang pada upacaranya dikorbankan lebih dari 100 ekor kerbau didirikan 3 buah simbuang batu.
Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907, banyak simbuang batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman Almarhumah Lai Datu ( Ne’ Kase’) pada tahun 1935 didirikan satu buah simbuang batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman Almarhum Sa’pang (Ne’Lai) pada tahun 1962.

Dalam kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yaitu :
  1. Lakkian, yaitu persemayaman jenazah selam upacara dilaksanakan di Rante.
  2. Balakkayan, yaitu panggung tempat membagi daging secara adat.
  3. Sarigan, yaitu usungan jenazah langi’ yaitu bangunan induk menaungi       Sarigan.
  4. Liang pa’ yaitu kuburan batu yang dipahat.

4.     TO’ LEMO
     
To’ Lemo adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Jumlah lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagi lambing prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di desa Lemo. Diberi nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai juruk bundar dan berbintik-bintik. Sejak tahun 1960, objek wisata ini telah ramai di kunjungi para wisatawan asing dan wisatawan nusantara.
Pengunjung dapat pula melepaskan keinginannya dan membelanjakan dolarnya, euronya atau rupiahnya pada kios-kios souvenir, ataukah berjalan-jalan disekitar objek menykasikan buah-buah pangi yang ranum kecoklatan, yang siap diolah dan di makan sebagai makanan khas suku Toraja yang disebut “Pantollo Pamarrasan”. Bagi yang tertarik dan bermianat, silakah datang dan selamat menikmati.
5.     LONDA
     Sama dengan To’ Lemo, Londa adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung ( tau-tau). Di dalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia. Objek wisata londa yang berada di desa Sandan Uai Kecamatan Sanggalangi’ dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah selatan, adalah kuburan alam purba. Gua yang tergantung itu, menyimpan misteri yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan tengkorak para leluhur, tau-tau. Tau-tau adalah pertanda bahwa sekian banyak putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui upacara tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua ala mini penuh dengan panorama yang menakjubkan ±  1000 m kedalam, dapat dinikmati dengan petunjuk guide yang sudah terlatih dan professional.
Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah “Benteng Pertahanan”. Patabang bunga yang bernama Tarangen yang terletak di atas punggung gua ala mini. Objek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal yang perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke objek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau kembang. Sangat tabu/pemali (dilarang keras) untuk mengambil atau memindahkan tulang,tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.
6.     LO’KO’ MATA
     Lo’ko” mata mengambil posisi di lereng gunung sesean pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut. Suatu tempat yang sangat menawan, fantastic dan bila seseorang datang dan menyaksikan serta merenungkan ciptaan ini rasa kangen pasti ada. Selain itu anda dapat menyaksikan panorama alam yang sangat indah dengan deru arus sungai di bawah kaki kuburan alam ini. Terletak di desa Pangden ± 30 km dari kota Rantepao.
Nama Lo’ko’ Mata diberi terhadap daerah tersebut karena batu alam yang dipahat ini menyerupai kepala manusia, tetapi sebenarnya liang Lo’ko’ Mata sebelumnya bernama Dassi Dewata atau Burung Dewata, oleh karena liang ini ditempati bertengger dan bersarang jenis-jenis burung yang indah waran  bulunya, dengan suara yang sangat mengasyikkan tetapi kadang-kadang menakutkan. Objek yang sangat menarik untuk dikunjungi karena hal-hal berbau mistis dapat dijumpai disana. Selamat berkunjung dan jangan lupa menjaga sikap saat berkunjung usakan jangan mengucapkan kalimat kotor.
7.     LOMBOK PARINDING
     Kuburan Erong Lombok Parinding merupakan salah satu objek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti erong yang unik dan antik, yang terletak di Dusun Parinding Matampu kecamatan Sesean, kurang lebih 7 kmdari kota Rantepao Utara. Lombok Parinding pertama kali ditempati oleh salah seorang yang bernama Tomangli anak dari suami istri Bongga Tonapo dan Datu Banua sekaligus cucu dari suami istri Palairan dan Patodemmanik dan disitulah mereka menetap mendirikan rumah sambil bertani-sawah. Selanjutnya Tomangli melahirkan 8 orang dan anak Tomangli berkembang biak sampai sekarang ( keturunan yang ke 7 ). Melihat dan memperhatikan serta menghitung-hitung umur dan kuburan Erong Lombok Parinding mulai dari ke 8 orang anak-anak Tomangli sudah berumur kurang lebih 700 tahun. Demikianlah sejarah singkat kuburan Erong Lombok Parinding. Semoga sejarah singkat ini dapat bermanfaat bagi wisatawan dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.

Dan masih banyak lagi…   

0 komentar:

Posting Komentar